Friday, February 12, 2010

PERISTIWA ISRA' DAN MI'RAJ

Posted on 8:55 PM by Ambo

SALAM REDAKSI

Para pembaca al huda yang budiman, di antara mukjizat besar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam adalah Isra' dan Mi'raj, sebuah peristiwa luar biasa yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia, peristiwa nyata yang telah terjadi dan kita wajib mempercayainya.

Tepatnya tanggal 27 Rajab, atas perintah Allah ta'ala Malaikat Jibril datang dengan
membawa kendaraan yang disebut dengan Buraq. Kendaraan yang mempunyai kecepatan yang luar biasa; sejauh mata Buraq memandang sejauh itu pulalah Buraq melangkah. Dengan tanpa meninggalkan jejak sang malaikat membuka atap rumah tempat Rasulullah tidur, perlahan-lahan Jibril membangunkan Rasulullah dan mengajaknya keluar untuk menyaksikan tanda-tanda kekuasaan Allah, baik yang berada di bumi maupun yang
berada di langit. Dari masjid al Haram Rasulullah memulai perjalanannya (Isra') dengan melewati beberapa tempat bersejarah hingga akhirnya beliau sampai di masjid al Aqsha, di masjid inilah Rasulullah dipertemukan dengan semua para nabi dan melakukan shalat dua raka'at dengan para nabi dan sekaligus menjadi imam mereka, ini juga merupakan dalil bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang termulia di antara para nabi.

Setelah Isra', Rasulullah yang ditemani Malaikat Jibril melanjutkan perjalanannya menuju Sidrat al Muntaha. Perjalanan ini disebut dengan Mi'raj; perjalanan yang dimulai dari masjid al Aqsha hingga ke atas sidrat al Muntaha, ke atas langit ke tujuh.

Hanya dalam waktu sepertiga malam saja Rasulullah sudah kembali ke tempat tidurnya dari perjalanan Isra' dan Mi'rajnya. Sungguh menakjubkan, namun itulah bukti kekuasaan Allah yang sempurna dan tidak ada bandingannya dan inilah yang disebut dengan Mukjizat; bukti kebenaran akan kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu 'alayhi Wasallam.

Lebih jelasnya tentang hikmah isra' dan mi'raj, mari kita baca ulasan ringkas al Huda kali ini. Semoga kita mendapat ilmu yang bermanfaat amin ya Rabbal 'alamin.


بسم الله الرحمن الرحيم
سبحن الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد )
الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا إنه هو السميع البصير
(سورة الإسراء : 1 )

Maknanya : "Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari masjid al Haram menuju masjid al Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kekuasaan) kami" (Q.S. al Isra' : 1)
Tafsir ayat :
Dalam Bahasa Arab as-Sabhu maknanya at- Taba'ud; jauh. Jadi perkataan سبح الله تعالى
"bertasbihlah kepada Allah ta'ala" maknanya adalah jauhkan dan sucikan Allah dari hal-hal yang tidak layak bagi-Nya, yaitu menyerupai makhluk dan segala sifatnya; seperti bentuk lathif
(yang tidak dapat dipegang oleh tangan seperti cahaya, kegelapan, roh, angin dan lainnya)
maupun benda katsif (yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, pohon, batu, air dan
lainnya) maupun sifat-sifat keduanya; seperti berwarna, bergerak, diam, berukuran (baik yang
besar maupun yang kecil), menetap pada suatu arah atau tempat. Hal ini mengingat bahwa Allah mensucikan Dzat-Nya dari sifat-sifat ciptaan-Nya dalam firman-Nya :

( ليس كمثله شئ (سورة الشورى : 11
Maka seandainya Dia berupa bentuk, baik bentuk besar atau kecil niscaya banyak makhluk yang menyerupai-Nya.
Makna bi 'abdihi ( بعبده ) adalah hamba-Nya yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam. Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Muhammad telah sampai pada derajat yang tinggi dan tingkatan yang luhur dalam peristiwa Mi'raj, Allah menyampaikan wahyu kepadanya yang
maknanya: "Wahai Muhammad dengan apa Aku memuliakanmu ?", Nabi menjawab : "Dengan
penisbatan (penyandaran) diriku kepada-Mu dengan sifat penghambaan ('ubudiyyah)".
Kemudian turunlah firman-Nya: "Subhanalladzi asra bi 'abdihi…". Maknanya: penyebutan
Rasulullah dengan dinisbatkan kepada Allah dalam ''abdihi"; hamba-Nya merupakan puncak
pemuliaan terhadap Rasulullah mengingat hamba-hamba Allah banyak, mengapa baginda secara khusus disebutkan dalam ayat ini sebagai hamba-Nya?, ini menunjukkan bahwa Rasulullah
dikhususkan dengan kemuliaan yang paling agung.
Firman-Nya lailan ( ليلا ) dibaca nashab sebagai zharaf (keterangan waktu). Jika dikatakan:
"Mengapa disertakan penyebutan malam ?", maka jawabnya adalah penyebutan lailan sebagai
penguat yang menunjukkan waktu atau masa terjadi peristiwa Isra' itu yang sangat singkat dan
sebentar saja, yaitu hanya dalam waktu kurang dari sepertiga malam saja. Sebab Nabi mengalami peristiwa tersebut hanya sebagian waktu malam saja dari Makkah menuju Syam.
Al Masjid al Haram adalah masjid di Makkah. Dinamakan demikian karena kehormatannya yakni kemuliaannya atas seluruh masjid-masjid yang ada di bumi ini, dengan memiliki hukum-hukum tertentu yang tidak berlaku bagi masjid lainnya. Seperti berlipat gandanya pahala amal yang dikerjakan di sana, sebagaimana tersebut dalam beberapa hadits yang shahih seperti misalnya: sekali shalat di sana sebanding dengan seratus ribu kali shalat di selainnya (selain Masjid an-Nabawi dan Masjid al Aqsha), sedangkan shalat di masjid an-Nabawi sebanding dengan seribu kali shalat di masjid lainnya dan sekali shalat di masjid al Aqsha sebanding dengan lima ratus kali shalat di masjid lainnya. Al Masjid al Aqsha dinamakan demikian karena jaraknya yang jauh (dari Masjid al Haram).

Firman Allah : الذي باركنا حوله Maknanya : "Yang telah Kami berkati sekelilingnya", Dikatakan demikian karena al Masjid al Aqsha adalah tempat menetap para nabi dan tempat turunnya malaikat. Karena itulah Nabiyyullah Ibrahim 'alayhissalam menyatakan :

( إني ذاهب إلى ربي (سورة الصافات : 99 Maknanya : "Sesungguhnya aku pergi menuju
negeri (daratan syam) yang Allah memberiku petunjuk agar aku ke sana (supaya mendapat
ketenangan dalam berdakwah dan beribadah kepada Allah) ". (Q.S. ash-shaffat : 99)

Nabi Ibrahim mengetahui hal ini dengan wahyu dari Allah kepadanya bahwa Syam (sekarang
Palestina, Yordania, Syiria dan Lebanon) merupakan negeri tempat turunnya rahmat. Kebanyakan wahyu turun di Syam, demikian juga para nabi kebanyakan di sana. Palestina (daerah Syam yang paling inti) juga tidak berada di bawah kekuasaan Namrud sehingga beliau dapat beribadah kepada Allah di sana tanpa diganggu atau disakiti, maka beliau berpindah dari negerinya (Iraq) menuju palestina. Kemudian setelah beberapa waktu beliau meninggalkan Surriyyah (budak perempuan yang digauli tuannya)-nya, Hajar dan anaknya Isma'il berada di Makkah. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah ta'ala agar penduduk Makkah dikaruniai rizki berupa buah-buahan dan Allah mengabulkan doanya. Oleh sebab Makkah
merupakan tanah gurun yang tidak ada tanaman, maka Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk memindahkan gunung Tha'if dari daratan Syam menuju Makkah dan malaikat Jibrilpun
memindahkan dan meletakkan gunung tersebut di sana. Di gunung ini tumbuh buah anggur dari jenis yang terbaik demikian juga buah delima dan lain-lain, udaranya sangat sejuk sehingga penduduk makkah memilihnya menjadi Mushthaf (lokasi pelesir di musim panas). Demikian penuturan al Azraqi dalam bukunya Akhbar Makkah, sebuah buku yang sarat dengan faedah.
Firman Allah : لنريه من آياتنا
Maknanya : "Agar Kami (Allah) perlihatkan kepadanya (Muhammad) pada malam tersebut
berbagai keajaiban dan tanda yang menunjukkan akan kekuasaan Kami (Allah)".

Perjalanan Isra' dimulai dari al Masjid al Haram setelah terlebih dahulu dada beliau dibelah dan
dicuci hatinya untuk dipenuhi dengan hikmah dan keimanan, agar beliau siap untuk menyaksikan keajaiban-keajaiban ciptaan Allah dengan hati yang kuat. Pada saat itu beliau berada di Makkah, Jibril datang pada malam hari dengan membuka atap rumah tanpa menjatuhkan debu, batu atau yang lainnya. Saat itu beliau sedang tidur antara pamannya, Hamzah dan sepupunya Ja'far ibn Abu Thalib. Mereka semua sedang berada di rumah putri Abu Thalib, Ummu Hani' binti Abu Thalib, saudara perempuan Ali ibn Abu Thalib di suatu
perkampungan yang bernama Ajyad.
Jibril membangunkan Nabi kemudian pergi bersamanya menuju al Masjid al Haram. Bersama Malaikat Jibril beliau berangkat dengan Buraq; seekor binatang surga yang bentuknya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari kuda yang mampu melompat sejauh pandangannya. Di tengah perjalanan Isra' ini Rasulullah melewati beberapa tempat dan kota bersejarah, antara lain kota Yatsrib (Madinah), kota Madyan (kota Nabi Syu'aib), bukit Thur Sina'
(tempat Nabi Musa mendapat wahyu dari Allah), dan Bayt Lahm (tempat Nabi Isa dilahirkan). Di tiap-tiap tempat ini Jibril selalu meminta Rasulullah untuk turun dan melakukan shalat dua raka'at (H.R. al Bayhaqi). Hal ini merupakan salah satu dari sekian banyak dalil tentang dibolehkannya "tabarruk" (meminta berkah dari Allah) dengan lantaran atsar (peninggalan) para nabi. Setelah Rasulullah sampai di Bayt al Maqdis (al Masjid al Aqsha), Rasulullah bersama para nabi mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Isa melakukan shalat berjama'ah dan beliau bertindak sebagai imam. Allah mempertemukan beliau dengan para nabi di sana sebagai penghormatan kepada beliau. Allah membangkitkan semua nabi yang sebelumnya telah wafat kecuali Nabi Isa karena beliau masih hidup di langit hingga sekarang. Kemudian Allah
ta'ala menambahkan kemuliaan untuk Nabi-Nya Muhammad dengan mengangkat delapan nabi
yaitu Nabi Adam, Isa, Yahya, Idris, Harun, Musa, dan Ibrahim ke langit dan mereka menyambut Rasulullah di sana.
Keajaiban-keajaiban Isra'. Di antara keajaiban ciptaan Allah yang disaksikan Rasulullah ketika Isra' adalah :
1. Dunia, Rasulullah melihatnya dalam bentuk seorang wanita tua yang renta. Hal ini
menggambarkan bahwa dunia dengan segala bentuk dan isinya yang menggairahkan akan
lenyap dan fana, sebagaimana seorang wanita yang ketika mudanya sangat cantik dan
menawan, akan hilang kecantikannya ketika sudah tua.

2. Iblis, Rasulullah melihat seseorang yang berada di pinggir jalan, dialah Iblis yang pada
mulanya beriman kepada Allah kemudian dia kafir karena menentang-Nya. Dia termasuk
dari golongan Jin, bukan malaikat (Q.S. al kahfi : 50). Iblis tidak berani berbicara kepada Rasulullah atau berbuat jelek terhadapnya dikarenakan kemuliaan dan keagungan beliau.

3. Para Mujahid di jalan Allah, Rasulullah melihat sekelompok kaum yang menanam dan menuai hasilnya dalam tempoh 2 hari. Jibril berkata kepada Rasulullah : "Merekalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah".

4. Para penceramah pembawa fitnah, Rasulullah melihat mereka memotong lidah dan bibir
mereka dengan gunting dari api.
Isra' Bukanlah Mimpi Telah menjadi ijma' (konsensus) para ulama salaf, khalaf, ahli hadits, ahli kalam, ahli tafsir dan ahli fiqh bahwa Rasulullah di-isra'-kan dengan jasad dan ruhnya serta dalam keadaan sadar (bukan mimpi). Inilah pendapat yang benar menurut Ahlussunnah Wal Jama'ah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas, Jabir, Anas ibn Malik, Umar ibn Khattab, Hudzaifah, Imam Ahmad ibn Hanbal, Imam ath-Thabari dan yang lainnya.

Andaikata peristiwa Isra' tersebut hanyalah sekedar mimpi, maka orang-orang kafir Quraisy
tidak akan menentangnya dan peristiwa Isra' tersebut tidak akan menjadi salah satu mukjizat
Rasulullah yang terbesar.
Mi'raj
Kemukjizatan Mi'raj telah dinash secara jelas dalam hadits shahih, seperti yang
diriwayatkan Imam Muslim. Adapun dalam al Qur'an tidak ada nash yang menyebutkan lafazh
"Mi'raj". Namun ada ayat yang menjelaskan kejadian tersebut. Firman Allah ta'ala:
(14- ولقد رآه نزلة أخرى. عند سدرة المنتهى (النجم: 13
Maknanya : "Dan sungguh beliau (Rasulullah) telah melihat Jibril untuk yang kedua kalinya di Sidrat al
Muntaha" (Q.S. an-Najm : 13-14)
Mi'raj adalah perjalanan yang dimulai dari
Masjid al Aqsha hingga ke atas langit ke tujuh
dengan menaiki tangga yang terpaut di antara
langit dan bumi, dengan anak tangga yang terbuat
dari emas dan perak. Kisah Mi'raj ini secara
terperinci diriwayatkan dalam hadits yang shahih
riwayat Imam Muslim. Disebutkan dalam hadits
tersebut bahwa ketika Rasulullah bersama Jibril
sampai pada langit yang pertama, dibukalah pintu
langit tersebut setelah terjadi percakapan antara
Jibril dan penjaga pintu. Hal ini terjadi setiap kali
Rasulullah dan Jibril hendak memasuki tiap-tiap
langit yang tujuh. Di langit pertama, Rasulullah
bertemu dengan Nabi Adam, di langit kedua
bertemu dengan Nabi Isa, di langit ketiga bertemu
dengan Nabi Yusuf, di langit keempat bertemu
dengan Nabi Idris, di langit kelima bertemu dengan
Nabi Harun, di langit keenam bertemu dengan Nabi
Musa, di langit ketujuh bertemu dengan Nabi
Ibrahim shallallahu 'alayhim wasallam.
Keajaiban-keajaiban Mi'raj
Ketika Rasulullah berada di suatu tempat
yang berada di atas (suatu tempat yang lebih tinggi
dari langit ke tujuh), beliau diperlihatkan oleh Allah
beberapa keajaiban ciptaan-Nya. Antara lain :
1. al Bait al Ma'mur, yaitu rumah yang dimuliakan,
yang berada di langit ke tujuh. Setiap hari
70.000 malaikat masuk ke dalamnya lalu
keluar dan tidak akan pernah kembali lagi dan
seterusnya.
2. Sidrat al Muntaha, yaitu sebuah pohon yang
amat besar dan indah, tak seorangpun dari
makhluk yang dapat menyifatinya.
3. Surga, yaitu tempat kenikmatan yang
disediakan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya
yang beriman. Surga berada di atas langit
www.darulfatwa.org.au
yang ke tujuh dan sekarang sudah ada. Firman
Allah ta'ala :
( ( أعدت للمتقين ) (سورة ءال عمران : 133
Maknanya : "Telah disediakan (surga) bagi
orang-orang yang bertaqwa". (Q.S. Ali Imran :
133)
Di dalam surga Rasulullah juga melihat al
Wildan al Mukhalladun, yaitu makhluk yang
diciptakan Allah untuk melayani penduduk
surga. Mereka bukan Malaikat, Jin, atau
Manusia, mereka juga tidak punya bapak atau
ibu. Rasulullah juga melihat para bidadari. Jibril
meminta Rasulullah untuk mengucap salam
kepada mereka, dan mereka menjawab :
"Kami adalah wanita yang baik budi pekerti lagi
rupawan. Kami adalah istri orang-orang yang
mulia".
4. 'Arsy, yaitu makhluk Allah yang paling besar
bentuknya (H.R. Ibn Hibban) dan makhluk
kedua yang diciptakan Allah setelah air (Q.S.
Hud : 7). Imam al Bayhaqi mengatakan : "Para
ahli tafsir menyatakan bahwa 'arsy adalah
benda berbentuk sarir (ranjang) yang
diciptakan oleh Allah. Allah memerintahkan
para malaikat untuk menjunjungnya dan
menjadikannya sebagai tempat ibadah mereka
dengan mengelilinginya dan
mengagungkannya sebagaimana Ia
menciptakan ka'bah di bumi ini dan
memerintahkan manusia untuk mengelilinginya
ketika thawaf dan menghadap ke arahnya di
saat shalat" (lihat al Asma' wa ash-shifat, hlm.
497). 'Arsy bukanlah tempat bagi Allah, karena
Allah tidak membutuhkan tempat. Sayyidina
'Ali berkata :
إن الله خلق العرش إظهارا لقدرته ولم يتخذه مكانا لذاته. رواه
أبو منصور البغدادي في الفرق بين الفرق
Maknanya:"Sesungguhnya Allah menciptakan
'arsy untuk menunjukkan kekuasaan-Nya, dan
tidak menjadikannya tempat bagi Dzat-Nya".
(Riwayat Abu Manshur al Baghdadi dalam al
farq bayna al firaq, hlm : 333)
Kembalinya Rasulullah dari Mi'raj
Sebagian ulama' mengatakan : perjalanan
Isra' dan Mi'raj hingga kembalinya Rasulullah ke
Makkah di tempuh dalam tempo sepertiga malam.
Setelah itu Rasulullah mengabarkan kejadian
tersebut kepada kaum kafir Quraisy, namun
mereka tidak percaya. Lalu mereka datang kepada
Abu Bakr ash-Shiddiq untuk menyatakan hal itu,
dan beliau membenarkan cerita Rasulullah seraya
mengatakan: "Aku mempercayainya ketika ia
www.darulfatwa.org.au
mengabarkan berita langit, mengapa aku tidak
mempercayainya mengenai berita bumi ?".
Orang-orang kafir dengan dipimpin oleh Abu
Jahal mendatangi Rasulullah untuk minta
penjelasan tentang sifat dan bentuk al Masjid al
Aqsha, karena mereka mengetahui bahwa
Rasulullah tidak pernah pergi ke sana sebelumnya.
Setelah Rasulullah menjelaskan secara mendetail,
di antara mereka yang pernah pergi ke sana
berkata : "Demi Tuhan, apa yang diterangkan
Muhammad adalah benar".
Hukum orang yang mengingkari Isra' dan Mi'raj
Peristiwa Isra' dan Mi'raj merupakan salah
satu mukjizat terbesar yang dikaruniakan Allah
kepada Rasulullah. Peristiwa Isra' ini disebutkan
dalilnya dalam al Qur'an (surat al Isra' :1) dan
hadits shahih. Karenanya wajib beriman bahwa
nabi Muhammad shallahu 'alayhi wasallam
diperjalankan oleh Allah pada malam hari dari
Makkah ke Masjid al Aqsha dalam keadaan sadar,
terjaga, dengan roh dan jasad. Inilah yang
dikatakan oleh seluruh ulama' salaf dan khalaf dari
kalangan Ahlussunnah Wal Jama'ah. Di antara
para sahabat yang menyatakan hal ini antara lain;
Ibn Abbas, Jabir, Anas, Umar, Hudzaifah, dan
lainnya. Para ulama' menyatakan : "orang yang
menginkari peristiwa Isra' berarti telah
mendustakan al Qur'an dan barang siapa yang
mendustakan al Qur'an maka ia jatuh dalam
kekufuran".
Sedangkan peristiwa Mi'raj disebut dengan
jelas dalam hadits-hadits yang shahih dan
disinggung dalam al Qur'an meski tidak secara
eksplisit (surat an-Najm (53): 13-15) dan masih
memungkinkan adanya penafsiran lain (ta'wil) dari
zhahir ayat tersebut. Namun demikian barang
siapa yang memahami bahwa Sidrat al Muntaha
yang disebut dalam ayat-ayat tersebut berada di
langit, lalu mengingkari peristiwa Mi'raj maka ia
jatuh dalam kekufuran. Jika ia tidak mengerti dan
tidak memahami demikian terhadap tafsiran ayatayat
tersebut maka ia tidaklah kufur.
Apakah Tujuan Isra' dan Mi'raj ?
Tujuan dan hikmah yang sebenarnya dari
Isra' dan Mi'raj adalah memuliakan Rasulullah dan
memperlihatkan kepadanya beberapa keajaiban
ciptaan Allah sesuai dengan firman Allah dalam
surat al Isra': 1 di atas :
( لنريه من آياتنا )
Maknanya: "Agar kami memperlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda kebesaran kami".
www.darulfatwa.org.au
serta mengagungkan beliau sebagai Nabi akhir
zaman dan sebaik-baik nabi di antara para nabi,
sekaligus sebagai penguat hati beliau dalam
menghadapi tantangan dan cobaan yang
dilontarkan oleh orang kafir Quraisy terlebih
setelah ditinggal mati oleh paman beliau Abu
Thalib dan isteri beliau Khadijah.
Dari sini kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa tujuan dari Isra' dan Mi'raj bukanlah bahwa
Allah ada di arah atas, lalu Nabi naik ke atas untuk
bertemu dengan-Nya. Karena Allah ada tanpa
tempat dan arah, dan tempat adalah makhluk
sedangkan Allah tidak membutuhkan kepada
makhluk-Nya. Allah ta'ala berfirman :
( ( فإن الله غني عن العالمين ) (سورة آل عمران : 97
Maknanya : "Maka sesungguhnya Allah maha kaya
(tidak membutuhkan) dari alam semesta". (Q.S. Al
Imran : 97)
Allah tidak disifati dengan salah satu sifat makhluk-
Nya seperti berada di tempat, arah atas, di bawah
dan lain-lain. Juga perkataan Imam ath-Thahawi :
" لا تحويه الجهات الست كسائر المبتدعات "
"Allah tidak diliputi oleh salah satu arah penjuru
maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan,
kiri, depan, belakang), tidak seperti makhluk-Nya
yang diliputi oleh enam arah penjuru tersebut"
(lihat al 'Aqidah ath-Thahawiyyah karya al Imam
Abu Ja'far ath-Thahawi)
Hal ini merupakan ijma' ulama Islam
seluruhnya, maka barang siapa yang berkeyakinan
bahwa Allah bertempat dan berarah di atas atau
semua arah maka ia telah jatuh pada kekufuran.
Wahyu yang diterima Rasulullah pada saat Isra'
dan Mi'raj
Dalam hadits shahih yang sangat panjang
riwayat Imam Muslim, Rasulullah menjelaskan
mengenai peristiwa Isra' dan Mi'raj. Dalam hadits
tersebut diriwayatkan bahwa ketika Nabi berada di
atas Sidratul Muntaha beliau mendengar kalam
Allah di antaranya berisi kewajiban sholat 50 kali
dalam sehari semalam bagi umatnya. Kemudian
terjadilah dialog dengan Nabi Musa 'alayhissalam
yang menganjurkan agar Nabi meminta keringanan
kepada Allah dan akhirnya diwajibkan bagi ummat
Islam hanya lima kali sholat dalam sehari
semalam. Namun nilai sekali sholat tersebut
sebanding dengan sepuluh kali sholat sehingga
lima kali sholat sebanding dengan lima puluh kali
sholat.
Adapun proses penerimaan wahyu
tersebut adalah bahwa Nabi mendengar kalam
Allah yang Dzati, bukan berupa huruf, suara dan
www.darulfatwa.org.au
bahasa sebab kalam-Nya azali (ada tanpa
permulaan). Pada malam yang mulia dan penuh
berkah itu Allah membuka hijab dari Rasulullah; hal
yang dapat menghalanginya dari mendengar kalam
Allah yang azali. Allah memperdengarkan kalam-
Nya dengan Qudrah-Nya pada saat Rasulullah
berada di suatu tempat di atas Sidratul Muntaha ;
suatu tempat yang tidak pernah dikotori dengan
perbuatan maksiat dan bukan tempat di mana
Allah berada seperti dugaan sebagian orang sebab
Allah ada tanpa tempat.
Kisah-kisah tidak berdasar
1. Tidak boleh berkeyakinan bahwa pada saat
Mi'raj Allah mendekat kepada Rasulullah
sehingga jarak antara keduanya adalah dua
hasta atau lebih dekat lagi seperti anggapan
sebagian orang. Yang benar adalah bahwa
yang mendekat kepada Rasulullah adalah
Jibril, bukan Allah (baca tafsir surat an-Najm
(53) : 8-9) sebagaimana yang diriwayatkan
oleh Imam al Bukhari (W. 256 H) dan lainnya
dari as-Sayyidah 'Aisyah radliyallahu 'anha.
Karenanya buku yang berjudul Mi'raj Ibnu
Abbas dan Tanwir al Miqbas min tafsir Ibn
Abbas (yang memuat beberapa hal yang
menyalahi syara') mesti dijauhi. Kedua buku
tersebut bukanlah karya Ibnu Abbas,
melainkan ada sebagian orang yang dengan
tanpa didukung dalil dan bukti yang kuat
menyandarkan kepadanya.
2. Kisah yang menyatakan bahwa ketika Jibril
telah sampai pada suatu tempat setelah
Sidratul Muntaha kemudian berkata kepada
Nabi : "Di sinilah seorang kawan berpisah
dengan kawan yang sangat dicintainya,
seandainya aku terus naik (ke atas) niscaya
aku akan terbakar". Ini adalah cerita dusta
yang tidak berdasar sama sekali.
3. Kisah yang mengatakan bahwa ketika
Rasulullah pada saat Mi'raj telah sampai ke
atas langit ke tujuh di suatu tempat dimana
beliau mendengar kalam Allah ta'ala dan beliau
berkata : at-Tahiyyatu lillah, lalu dijawab oleh
Allah : as-Salamu 'alayka ayyuha an-Nabiyyu
Warahmatullahi Wabarakatuh. Riwayat ini
meskipun tertulis dalam beberapa kitab
tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj dan
disampaikan oleh beberapa orang dalam
ceramah-ceramah peringatan Isra' dan Mi'raj
adalah kisah yang tidak Sahih (benar) karena
pada malam Isra' Mi'raj shighat atau lafazh
Tahiyyat belum disyari'atkan. Hanya sebagian
rawi-rawi pendusta saja yang meriwayatkan
kisah tersebut. Kisah dusta ini telah menyebar
www.darulfatwa.org.au
di banyak kalangan kaum muslimin maka
harus dijelaskan hal yang sebenarnya. Riwayat
tentang bacaan Tasyahhud atau Tahiyyat
yang benar adalah sebagai berikut:
Pada awalnya sebagian sahabat Rasulullah
sebelum disyari'atkan Shighat Tasyahhud,
mereka mengucapkan dzikir atau bacaan :
" السلام على الله ، السلام على جبريل ، السلام على ميكائيل "
Lalu Rasulullah melarang mereka mengatakan
itu dan beliau mengatakan :
" إن الله هو السلام "
Maknanya : "Allah itu adalah as-Salam –yang
suci dari segala kekurangan- (jadi jangan
katakan : as-Salam 'ala Allah)".
Kemudian Rasulullah mengajarkan kepada
mereka untuk mengatakan :
" السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته "
Mukjizat Isra' dan Mi'raj selain penuh dengan
hikmah dan pelajaran juga merupakan ujian bagi
keimanan kita akan kekuasaan Allah ta'ala.
Apakah kita termasuk orang yang beriman dengan
sebenarnya atau justru mendustakan peristiwa
Isra' dan Mi'raj Nabi ini dengan dalih filsafat dan
logika, Wallahu A'lam wa Ahkam.